Wellcome Brothers and Sisters!

From the fullness of HIS GRACE we have all receive one blessing after another. (John 1:16)


The LORD is my shepherd, I shall not be in want. (Psalm 23:1)

Rabu, 27 Oktober 2010

BUKAN CINTA SATU MALAM


Atmosfir malam hari sering kali jadi mantra sihir buat Kyra Melody. Ditambah panorama pantai dan alunan musik slow jazz, maka lengkaplah sudah. Semuanya dapat dengan segera membiusnya masuk ke dalam dunia lamunan yang tak terjangkau dan tak terpahami oleh sekitarnya, seperti malam itu di pantai Jimbaran. Namun, buaian romantisme ternyata tak mencapai area parkir di mana Moolight Sonata mengistirahatkan motor kesayangannya. Di sanalah kesadaran Kyra merambat perlahan ke alam nyata.

”Aaaaaaaaargh! Lepaskan tangan Lo, Mon, atau gua tendang kaki Lo sekarang!”

”Eiiit, apaan sih? Cepet banget berubahnya? Tadi Elo yang duluan gandeng tangan gua, Tomboy!”

Moonlight Sonata melepaskan genggaman tangannya, lalu menarik ujung poni Kyra yang panjang menjuntai sampai menutupi dahi. Dalam hitungan detik setelah itu, ia berlari meninggalkan Kyra yang masih terbengong-bengong. Gadis tomboy itu rupanya masih belum sepenuhnya sadar hingga lambat meresponi ulah iseng Moonlight Sonata. Matanya menyorot tajam dan dahinya pun mengeryit tegas. Ia berusaha keras mencerna apa yang sedang terjadi di antara mereka berdua.

Tiba-tiba, Moonlight Sonata muncul dengan motor tunggangannya. Kyra segera duduk diboncengannya. Lalu, mereka pun meluncur menuju ke tempat kost Kyra yang ada di Denpasar Selatan. Di sepanjang perjalanan, kesenyapan merasuk dan menguasai. Mereka sibuk dengan alam pikiran masing-masing yang baru diguncang sensasi bertautnya dua hati. Nampaknya, Kyra masih berjuang menamai apa yang dirasakannya. Sementara Moonlight Sonata justru sedang memutar kembali memori keindahan semalam di Jimbaran.

Mencapai tempat tujuan, Kyra masih belum berhasil menyimpulkan apa-apa. Namun, setidaknya ia berhasil mendekteksi satu hal, bahwa ada perasaan nyaman berboncengan motor dengan Moonlight Sonata. Beberapa kali, kedua tangannya terdorong untuk memeluk punggung pria yang ada di hadapannya itu. Namun, ia segera mengurungkan niatnya karena merasa canggung dan malu.

”Ah, apa ini? Baru saja gua melepas sebuah rasa yang mendekam 17 tahun lamanya. Masakan kini harus berurusan dengan yang baru?” demikian hati Kyra bergemuruh karena penuh dengan pertanyaan. Berkali-kali ia menggelengkan kepala sebagai manifestasi dari hatinya yang berteriak, ”Arrrrrrgh, gua belum siap! Belum siap mengecap manisnya, pahitnya! Gua belum siaaaaaap!”

Begitu asiknya melamun, Kyra tak menyadari Moonlight Sonata telah ada di dekatnya. Wajahnya begitu dekat di samping telinga Kyra hingga suara baritonnya pun terdengar jelas mengingatkan, ”Ra, kita udah nyampai nih. Buka aja gerbangnya dan cari Kamar C!”

Suara Moonlight Sonata yang tiba-tiba itu mengagetkan jantung, namun sekaligus menghangatkan hati Kyra. Namun, bukan Kyra namanya jika tidak kreatif mengalihkan perhatian. Walau agak gelagapan, ia segera pura-pura melihat kamar yang dimaksud.

”Wah, itu kamarnya. Ada kamar mandinya di dalem ga? Kasurnya gimana? Apa barang-barang kiriman gua udah ada? Barang-barang gua baik-baik aja kan?” cerocos Kyra tanpa henti seraya turun dari motor.

”Ya, semua sudah di dalam dan disiapkan oleh pihak sekolah. Tenang, Lo ga akan hidup di sini setahun lamanya hanya dengan satu ransel biru butut itu,” sahut Moonlight Sonata sambil tersenyum melihat ulah sobatnya yang terlalu berlebihan itu.

”Enak aja, ransel ini punya nilai sejarah tahu!”

”Ya udah, sono masuk!”

”Elo ga mau liat-liat ke dalam? Gua buka gerbangnya dulu ya, biar motor primitip ini bisa masuk.”

”Eh, yang dibilang primitip ini udah jemput elo di bandara dan nganter makan di Jimbaran. Sana minta maaf sama si Kiky!”

“Apa? Kiky? Elo kasih nama motor ini Kiky? Alay sungguh, Cuy! Hahahaha!

”Puas yah ngetawain gua? Gua ngambek baru tahu rasa Lo. Kalo ngambek, gua biasanya suka laper tahu!”

“Kalo gitu maafkan gua. Please, jangan ngambek. Gua ga mau jadi bangkrut karena harus traktir elo dua kali malam ini. Hahahaha!” Di depan pintu kamar kostnya, Kyra sedang terpingkal-pingkal menertawakan Moonlight Sonata. Namun, tiba-tiba ia terhenyak diam ketika melihat roman muka serius dari sosok pria yang ada di hadapannya itu. Saat itu juga, keduanya kembali saling bertatapan.

”Ra, gua mau bicara serius. Jangan ketawa lagi yah. Gua harus jujur kalo hari ini ngerasain sesuatu. Bukan sesuatu yang baru sih. Sejak kita ketemu lagi lewat facebook dua tahun yang lalu, gua ngerasa ada sesuatu di sini,” kata Moonlight Sonata sambil menunjuk dadanya sendiri. ”Gua tahu Elo pernah punya perasaan yang begitu dalam pada Kak Laut Biru. Tapi, gua siap kok buat menunggu sampai Elo bener-bener bisa ngelupain dia.”

Pengakuan Moonlight Sonata seketika mengguncang hati Kyra. Ia tak menyiapkan diri untuk semuanya itu. Tak heran, ia diam seribu bahasa. Kepalanya tertunduk. Matanya tak sanggup lagi menatap mata pria yang tengah menantinya berespons.

”Sudahlah, gua tahu ini terlalu cepat dan tiba-tiba. Elo kan baru saja sampai di Bali. Ok, besok gua telpon Elo ya? Nitez, Ra. Selamat bobo!”

Lagi-lagi tanpa suara dan tanpa kata, hanya tertunduk, Kyra melangkah ke arah pintu kamarnya. Tangannya gemetaran ketika membuka pintu. Setelah pintu terbuka, ia tersenyum sejenak, mengucapkan terima kasih dan juga selamat malam kepada Moonlight Sonata. Detik itu, terjadi sesuatu yang paradoks. Suasana menjadi kaku, namun hati berbunga-bunga. Hening di luar, bergelora di dalam. Agar sihir khas romansa itu tak terlalu memabukkan, Kyra pun segera menutup pintu.

Deburan gelombang hatinya ternyata tetap tak kunjung sirna walau matanya tak melihat bayangan pria yang telah memberinya shock terapi itu. Dengan keyakinan bahwa Moonlight Sonata telah meninggalkan tempat kostnya, ia memberanikan diri untuk menumpahkan segala rasa. Di sandarkan punggungnya di daun pintu dan diucapkannya pelahan apa yang ada di dalam hatinya.

”Mon, gua berjanji akan mendoakanmu. Terima kasih untuk semuanya yah. Gua telah merelakan cinta lamaku pada gudang kenangan-kenangan indah. Hati ini telah siap menyonsong asa yang baru. Jika Tuhan mengijinkan, aku pasti akan memperjuangkannya bersamamu.”

Malam semakin larut. Rembulan nampak semakin cerah saja di tengah pekatnya langit. Suara lolongan anjing-anjing kampung mulai menggaung bersahutan. Di luar, nampak Moonlight Sonata tengah bangkit dari tempat duduknya, yaitu tepat di depan pintu kamar Kyra. Kakinya berjinjit-jinjit melangkah menuju tempat parkir. Ia kemudian menuntun motornya pelan-pelan keluar dari gerbang, seolah tak ingin Kyra tahu bahwa ia masih ada di sana dan mendengarkan pengakuan hatinya. Sesampai di jalan raya, barulah ia mengendarai motor itu sambil tersenyum bahagia dan membawa pelangi di hatinya.

Rabu, 06 Oktober 2010

To God Be The Glory


How can I say thanks for the things You have done for me
Things so underserved that You gave to prove Your love for me
The voices of million angels could not express my gratitude
All that I am and ever hope to be, I awe it all to Thee

Chorus:
To God be the glory, to God be the glory
To God be the glory for the things He has done
With His blood He has saved me
With His power He has raised me
To God be the glory for the things He has done

Bridge:
So, let me live my life, let it be pleasing Lord to Thee
And if I gain any praise, let it go to Calvary

JESUS LOVER OF MY SOUL (I'TS ALL ABOUT YOU)


It's all about You, Jesus
And all this is for You
For Your glory and your fame
It's not about me
As if You should do things my way
You alone are God
And I surrender to your ways

Jesus, lover of my soul
All consuming fire is in Your gaze
Jesus, I want you to know
I will follow you all my days
For no one else in history is like you
And history itself belongs to you
Alpha and Omega, You have loved me
And I will share eternity with You