Wellcome Brothers and Sisters!

From the fullness of HIS GRACE we have all receive one blessing after another. (John 1:16)


The LORD is my shepherd, I shall not be in want. (Psalm 23:1)

Jumat, 04 Juni 2010

The Making of Beautiful (Teguh dalam Penderitaan)

Hei, Cuy… I’m back dengan tema hidup dan penderitaan again (atas saran my bro yang ga terlalu ganteng tapi baek hati… peace buat yang ngerasa). Hidup dan penderitaan maybe bisa digambarin seperti lagi makan seporsi bakso kaget. Hahaha… apaan tuh? Buat pecinta bakso di Bandung, bakso kaget udah ga bikin kaget kalee. Meski gue blom pernah cobain sendiri, tapi nama besar bakso kaget selalu bikin gue ngiler. Ini bukan iklan ato promosi, cuman ilustrasi. Konon kabarnya, dalam semangkok bakso kita bisa pilih bakso apa ajah tanpa tahu isi di dalamnya. Jadinya, ya maen tebak-tebakan kira-kira bakal gigit bakso rasa apa yah? Kalo beruntung, kita ga bakalan ngerasain yang namanya bakso granat atau bakso cengek (isi cabe). Boeat elu-elu yang ga suka pedas, coba bayangin pas lidah sedang menari-nari menikmati sebuah bakso nan lezat dan gurih… tiba-tiba lidah kita itu diserang rasa panas menyengat akibat pedasnya cengek. “Huaaaaah…. eeeshhhhh, shhhhhh, shhhhhh, aaaaaah… puanaaaaas!” Is that your expression, Sob? But, wait a minute… that’s not my expression. Buat gue yang suka pedas, semakin panas semakin puas. Makanya, gue justru berharap semoga ada cengeknya. Huahahaha… realitasnya sama yaitu bakso cengek, tapi respons beda kan? Ternyata bakso berisi cengek bisa dianggap anugerah atau bisa juga dianggap bencana.

Hidup ini kurang-lebih ya kaya gitu deh (moga-moga ga maksa ilustrasinya). Coba bayangin pas lagi enak-enaknya nikmatin senangnya hidup, tiba-tiba aja datang masalah, bencana, penyakit, konflik, kehilangan, tangis, ato… kematian. Saat itu juga, kita biasanya langsung kaget dan berkata, ”Mengapa terjadi pada diriku? Di manakah Engkau TUHAN? Teganya, teganya, teganya!” Tapi, bisa juga muncul respons lain yang beda. Dalam bukunya yang berjudul Cries of The Heart, Ravi Zacharias menorehkan sebuah kisah hidup inspiratif dari seorang bernama Annie Johnston Flint. Doski termasuk salah satu orang yang hampir seumur hidupnya mengalami penderitaan. Just check it out! Doski itu yatim-piatu sejak kecil. Whaaaaat? Kehilangan Papa gue sejak 2006 aja sedihnya amit-amit, gimana rasanya ga punya ortu (dua-duanya) sejak masih ileran. Oh, tidaaaaaaak! Terus, tubuhnya penuh bekas luka. Hah? Bekas ketusuk jarum aja nyut-nyutan, gimana rasanya luka di seluruh tubuh? Selain itu, dia juga menderita kanker, salah urat, radang sendi, plus encok. Dia udah lama cacat sehingga kalo tidur perlu tujuh atau delapan bantal buat alas tidur karena kalo berbaring dia bisa ngerasain sakit luar biasa.

Ck, ck, ck, ... apa dia Ayubnya zaman sekarang yah? Tapi yang ruarrrrr biasa, dalam otobiografinya dia gambarin hidupnya dengan sebaris judul The Making of Beautiful. Great! Doski ternyata ngeliat hidupnya yang penuh derita itu sebagai sebuah proses dimana TUHAN sedang ngebentuk dia semakin cantik ato indah. Dia lalu menuliskan keindahan itu dalam sebuah puisi, yang juga digubah jadi lagu. Isinya kira-kira begini.

Dia memberi banyak anugerah tatkala beban bertambah berat,
Dia mengirim lebih banyak kekuatan tatkala pekerjaan bertambah,
Kala penderitaan bertambah, Dia menambahkan kemurahan’
Kala pencobaan berlipat ganda, Dia melipatgandakan damai.

Tatkala kita sangat lelah untuk bertahan,
Tatkala kekuatan kita gagal, tatkala sudah lewat setengah hari,
Tatkala kita mencapai akhir dari kekuatan kita
Pemberian Bapa kita baru dimulai

Kasih-Nya tidak memiliki batas, anugerah-Nya tidak terukur
Kekuatan-Nya tidak memiliki batasan yang diketahui manusia
Dari kekayaan-Nya yang tidak terbatas dalam Yesus
Dia memberi, dan memberi, dan memberi lagi

Asli, gue ga pengen lebay. Tapi jujur, bibir gue rada nganga karena terkagum-kagum ketika baca rekaman kisah hidupnya. Dunia mungkin berpikir ni orang aneh pisan. Udah yatim-piatu, cacat, dan penyakitan tapi masih ngerasa hidupnya itu bakal dijadiin indah.

Apa yang aneh bagi dunia ternyata ga aneh buat TUHAN dan pengikut TUHAN. Kalo ga percaya, hayuuu baca Roma 5:3-4. Paulus ga lagi gelow waktu dia bilang bahwa orang percaya tidak hanya bermegah dalam pengharapan; melainkan juga dalam kesengsaraan. Dia sepenuhnya sadar dan waras, bahkan ngalamin sendiri yang namanya sukacita dan berbangga saat sedang jatuh sengsara. Gimana bisa? Alasannya adalah karena sengsara itu bisa menimbulkan ketekunan, ketekunan menghasilkan tahan uji, dan tahan uji menghasilkan pengharapan.

Do you see what Annie had seen? Ketekunan dan tahan uji berbicara soal karakter yang bisa bawa kita pada pengharapan. Artinya, TUHAN kita itu sangat menghargai yang namanya karakter lebih dari pada harta, kepandaian, atau kecantikan jasmani. Kalo biasanya cowo itu pilih pacar karena cewe itu baik sifatnya, oke bebet-bobotnya, dan juga keren body-nya; TUHAN justru ga begitu. Kalo cara TUHAN ngeliat sama dengan cara cowo ngeliat cewe maka ga kan ada yang cantik dah. Semua yang ada pada kita sekarang mah bakal membusuk dan jadi abu. Yang dilihat TUHAN cantik adalah murni karena karakternya, yaitu kalo seseorang itu tekun dan tahan uji melewati kesengsaraan. Tekun dan tahan uji menunjukkan kesediaan buat dibentuk TUHAN. Makanya Annie yang yatim-piatu, cacat, dan penyakitan itu pada akhirnya teteup nampak cantik dan indah di mata TUHAN. Betapa keren dan sempurnanya penilaian TUHAN. Inilah yang disebut pengharapan, Cuy, sehingga sesusah apapun... kita seharusnya ga bakalan nyerah sama hidup kita. Yang beginian ini, cuman bisa dimengerti sama anak-anak TUHAN sejati.

Jelaslah kalo tujuan TUHAN ijinin kesengsaraan, baik berupa ujian atau pencobaan, bukan buat mencelakai kita. TUHAN dalam hikmat-Nya mau supaya kita teteup ada dalam pengharapan itu dan makin lama makin dekat pada-Nya. Aaaah, so sweet-nya our God! Toh DIA sendiri udah berjanji begini, “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau (Ibrani 13:5).” Itu sebabnya Max Lucado dalam It’s not About Me menyatakan kalo hidup ini bukan tentang kita atau tentang masa sekarang. Hidup ini adalah tentang DIA dan karya-Nya.

Hei, kita sungguh-sungguh perlu diselamatkan dari kehidupan yang kita anggap bakal buat bahagia di dunia ini! Yeah, pusatnya bukan kita, Guys. Segala sesuatu ternyata ada dalam rancangan kemuliaan yang tidak diukur dengan umur hidup kita yang cuman 70/80 tahun, ato paling banter 120-an lebih dikit geeto. Kekekalan itu ngomongin soal waktu yang ga terbatas... forever after.

2 Kor 4:17 menunjukkan jaminan bahwa kita bakal dapetin kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya. Gimana ngebayanginnya yah? Eh, pernah tahu timbangan pendulang kuno ga? Berat satu barang yang dibeli bergantung dari berat beban benda di sisi lain. Tapi, TUHAN ga gitu loh. Di satu sisi, Ia tumpukin beban dengan ijinin kesengsaraan terjadi. Ia sama sekali ga punya maksud jahat, tapi ga juga angkat beban itu. Sebaliknya, Ia tambahkan terus beban di sisi yang lain, yaitu sukacita tak berkesudahan, damai sejahtera yang tak terukur, dan tentu saja kekekalan-Nya. Sekarang kalo dilihat, timbangan itu malah kelihatan jauh lebih ringan di beban kesengsaraan yang harus kita tanggung. Makanya Max Lucado menantang kita, kalo hidup itu begitu sementara dan terbatas... masa sih kita ga dapat tahan sakit sebentar, sedih sebentar, kesepian sebentar, dianiaya sebentar, bergumul sebentar, ato... jomblo sebentar? Hahaha... jomblo lagi.

Kembali ke laaaaaaptop... eh, bakso cengek. Setelah baca ini, apa pilihan kita. Realitas penderitaannya teteup sama pedes... tapi, gimanakah cara orang percaya memandangnya? Apakah kita ngeliatnya sebagai bencana yang nyusahin ato justru sebagai anugerah karena bakal mempercantik kita di mata-Nya? Dalam proses perenungan, gue mengamini bahwa hidup ini emang bukan tentang kita. Makanya, apapun yang terjadi... ga apa-apa, enjoy aja! Ada TUHAN dan rancangan kemuliaan-Nya yang indah koq, bahkan di balik penderitaan sekalipun. Let’s just remember... moto Blackberry mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat juga berlaku di sini. Penderitaan membawa TUHAN mendekat saat DIA terasa begitu jauh, mengalihkan dunia jauh-jauh saat dia terasa dekat-memikat. Hehehe... gimana, keren ga? So... jia you sama-sama yuux! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar