Wellcome Brothers and Sisters!

From the fullness of HIS GRACE we have all receive one blessing after another. (John 1:16)


The LORD is my shepherd, I shall not be in want. (Psalm 23:1)

Jumat, 30 Oktober 2009

It’s just because I’ve been too hard to my self


Kamis, 29 Oktober 2009, setengah jam menuju tengah malam
Tulang-tulangku yang lunglai terus memberi alarm
Tanda energi yang mendekati empty telah menuntut mata untuk segera terpejam
Namun demikian, tubuh ini lambat berespons dan tetap terdiam
Terduduk di pembaringan, sendiri di tengah cahaya temaram
Lagi-lagi memori memutar kenangan seputar aku dan masa silam

Peristiwa empat setengah jam yang lalu menjadi pemicu
Sebab bayang-bayangnya tak pernah lepas dari kalbu
Di satu dimensi ruang dan waktu itu,
Kusaksikan tunas-tunas muda yang kurindu
Duduk dengan tangan dan hati terbuka siap dijadikan baru
DIA yang KUASA memakai “hamba-NYA” menebar haru
Menyatakan bahwa tak seorang pun dari para ABG itu dibiarkan berlalu
Tanpa mengenal dan merasakan kasih kekal BAPA sekaligus GURU

Siapakah aku, kini kubertanya
Aku sebagaimana aku ada. . .
Diijinkan menjadi sebagian kecil dari pekerjaan ajaib-NYA
Dipersilahkan mengajar biji mata-NYA untuk berpikiran terbuka
Sementara diriku sendiri sedang berjuang, berproses, bekerja
Mencapai kesejatian arti menjadi dewasa

Lamban menjadi dewasa di usia kepala tiga? Apa kata dunia?
Di ujung 32 menuju 33 mungkin akan membuat “mereka” tertawa
Bukan salah orang tua, bukan salah siapa-siapa
It’s just because I’ve been too hard to my self, kuberkata
Belakangan ini ku disadarkan oleh “sesosok istimewa
Bahwa telah kuletakkan pada diri sendiri sejumlah beban yang sia-sia
Hingga tertahan langkahku tuk menangkap passion-NYA

Siapakah aku, kubertanya tuk kedua kalinya
Aku yang tak sempurna. . .
Diperbolehkan memeluk kesayangan RAJA
Kala diriku sendiri sedang rindu bukan pada KASIH yang utama dan terutama
Diundang menaikkan gita dan doa, memberkati para sobat muda BAPA
Sedangkan mata dan hati ini tak sepenuhnya tertuju pada-NYA

Kuasa-NYA memudar, terpinggirkan oleh ragu
Dihadang tantangan sebagai orang asing di tempat baru
Ku malah memandang “model demi model” dan terpaku
Segera menuntut diri untuk menjadi sama seperti itu
Sambil berteriak: “Ku tak patut menjadi guru!”
Bukan tanda DIA tak mampu membantu,
Bukan pula idealismenya yang keliru. . .
It’s just because I’ve been too hard to my self, kataku
Ayo letakkan, jalani, dan maju!

Siapakah aku, lagi-lagi kubertanya
Aku yang lemah dan tak berdaya. . .
Dibiarkan menatap lelehan air mata mereka,
Mendengar erangan tangis yang terlepas karena hati dijamah KARUNIA
Padahal air mataku sendiri tengah berurai di pelupuk mata
Merindu peneguhan demi peneguhan hingga jeritku tertahan di dada
Sungguh menyesakkan tiada tara

Di titik ini kutersadar, dikejutkan oleh sepi nan pilu
Siapa kan menggandeng tanganku?
Siapa kan menangis bersamaku?
Siapa kan mengerti deritaku?
Siapa kan mengulurkan tangan memelukku?
Siapa kan memberi kehangatan pada batinku?
Lelah dan sungguh-sungguh rindu kedatangan TUANku
Bukan Sang MEMPELAI tak besertaku. . .
It’s just because I’ve been too hard to my self, ujarku
Ayo melangkah satu demi satu, buanglah takut dan ragu, jadilah guru!

Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku (Mazmur 73:23).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar