
1
PROLOG
Terhenyak diam, aku membisu di tengah kegelapan
Larut dalam kesibukan dunia pemikiran
Ada yang bergolak dan meresahkan
Isu-isu kehidupan berputar-putar tak keruan
Buka hati-nurani, tajamkan penglihatan, pasang baik-baik pendengaran
Tangkap fenomena sekitar yang digagahi kejahatan dan penderitaan
Pemimpin tak punya penglihatan, rakyat kritis gelagapan
Dunia saat ini dan akan datang butuh figur-figur yang berdiri di depan
Semua karena ego zaman
Merasa sanggup mandiri, pinggirkan Tuhan
Maka kuminta hikmat untuk ambil dan lepaskan
Sebab tak semua jahat atau merugikan
Percintaan memang cerita yang menawan, mendebarkan, mengharukan
Namun, generasi dapat terhanyut lalu lupa kenyataan
Bahwa hidup ini sedang menjejak bumi, bukan melayang-layang di awan
Peradaban harus maju menyongsong perubahan
Cerdas teknologi dan materi memang menjanjikan kemudahan, kenikmatan
Akan memabukkan bila tak bijak menggunakan
Terlena dan lupa bahwa hidup adalah perjuangan
Rapuh dan tak berdaya hadapi tantangan
Sadar, sadarilah, hai para musafir kehidupan
Yang fana dan yang abadi tak pernah sejalan-setujuan
Pilih, putuskan di antara dua jalan
Dan jawablah sebagai bahan pertimbangan
Apakah dari yang jahat dapat timbul kebaikan?
Apakah dari yang lemah dapat menghasilkan kekuatan?
Apakah dari yang rendah dapat menyandang kehormatan?
Apakah dari yang menderita dapat menjamin pengharapan?
Kubuka buku kehidupan dan mencari jawaban
Memusatkan perhatian pada sebuah panggung drama keteladanan
Menghayati sepenggal kisah sosok yang menyilaukan
Menyungkil kenangan demi harta kekekalan
Mari tinggalkan sejenak hingar-bingar perayaan
Berhenti sekadar menikmati goresan tinta dari rumah kedukaan
Jangan abaikan langkah-langkah kebajikan yang telah ditinggalkan
Lalu meniti jejak yang sama sampai ke tujuan
Deo optimo maximo
To God, the best, the greatest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar