
Suatu ketika... tak berkedip ku berkaca
Inikah yang disebut sebagai "aku," seorang manusia?
Angan pun melayang menampilkan seraut rupa
Diriku sendiri dalam satu dimensi yang berbeda
Bayi kecil bermata bulat nan lucu itu
Waktu demi waktu meninggalkan masa lalu
Menatap hari demi hari baru
Hingga menjelma menjadi wanita dewasa yang jauh dari kesan lugu
Tak pernah terpikirkan dengan serius sebelumnya
Terjadinya aku sebagaimana aku ada
Betapa unik dan berbeda,
Tak sempurna, namun indah andanya
Hanya saja... diriku dulu tak begini
Garis-garis wajah ini semakin menegas kini
Digodok, diasah, disakiti...
Oleh gejala-gejala yang disebut hidup seorang pribadi
Oh, sang waktu...
Tanpa kenal lelah engkau melaju, memburu, berlalu
Dalam proses ku berjuang mengejarmu
Jungkir-balik, pontang-panting, kalang-kabut sebelum ku kenal Tuanku
Keringat, darah, dan air mata bercucuran
Ternoda oleh dosa, kesalahan, dan kegagalan
Terkoyak oleh kehilangan demi kehilangan
Terluka oleh kepahitan demi kepahitan
Memoriku menjahit satu demi satu kenangan pedih itu
Jika masih selalu ada senyuman mengembang di bibirku,
Semata-mata hanya karena Tuanku
Yang telah mengisi hidup dengan sesuatu
Untuk tiap tetesan air mata dirajut-Nya benang karunia
Untuk tiap suka direnda-Nya waspada
Untuk tiap sepi dipulas-Nya warna-warni cinta
Untuk tiap peristiwa diutus-Nya duta-duta
Terima kasih selaksa...
Untuk Sang Sumber karunia demi karunia
Untuk sepasang manusia yang melaluinya aku ada
Untuk saudara yang bersamanya aku ditempa
Untuk seseorang yang tanpa sadar memperkenalkan arti cinta, romantika remaja
Untuk sahabat yang menjadi tempat berbagi segalanya
Untuk sokoguru yang karenanya aku menjadi dewasa
Untuk sosok-sosok tak dikenal yang turut memberi rasa
Permohonan maaf sepenuh jiwa...
Untuk siapa saja yang olehku telah terluka
Sengaja atau tiada
Kiranya semuanya dibalut, dipulihkan, dan diganti dengan yang terbaik adanya
(Didedikasikan untuk semua yg terhisap dalam Community I call my beloved. Bukan kata-kata terakhir sebelum berpulang, mengumbar romantisme, atau sedang mellow. Hanya saja waktu hidup yang begitu singkat ini mendesakku untuk mengungkapnya dalam keterbatasan media, kata, dan bahasa. Selagi ada waktu dan kesempatan, ku ingin menyatakan betapa berartinya hidup ini bersama kalian. Lapisan demi lapisan pertahanan diriku telah roboh, satu saja yang tersisa. Mulai detik ini kan kucoba untuk meruntuhkannya.






Waw.. Sungguh sebuah puisi indah, terbangun dari hati yang paling dalam, merasakan kasih dari Sang Tuan bagi yang dicipta, untuk mencinta apa dan siapa yang dicinta-Nya.
BalasHapusThx, alot Pit. ^^
BalasHapus