Wellcome Brothers and Sisters!

From the fullness of HIS GRACE we have all receive one blessing after another. (John 1:16)


The LORD is my shepherd, I shall not be in want. (Psalm 23:1)

Selasa, 21 Desember 2010

IBUKU, PAHLAWAN IMANKU


1Timotius 1:5

Kebahagiaan seorang wanita seringkali diidentikkan dengan perannya menjadi seorang ibu. Itu sebabnya seorang wanita akan merasa lengkap jika ia telah melahirkan, merawat, mendidik dalam sekolah formal, menyaksikan ia mejadi seorang yang sukses dalam pekerjaan, menikah, dan menghasilkan para penerus keluarga. Akan tetapi, benarkah tugas dan kebahagiaan seorang ibu hanya sampai di situ saja? Kelahiran seorang anak dari buah kandungan seorang wanita memang adalah sebuah anugerah yang membawa kebahagiaan. Akan tetapi, anugerah yang membawa kebahagiaan sejati adalah ketika seorang ibu dapat memberikan warisan iman yang menghantar sang anak menjadi sukses di mata Tuhan.

Anugerah ini pernah dikecap oleh anak-beranak dalam keluarga Timotius. Ia adalah seorang anak yang lahir dari perkawinan campuran. Ibunya seorang Yahudi, sedangkan ayahnya seorang Yunani. Ia adalah seorang muda yang sukses di mata Tuhan karena telah dipilih oleh Paulus untuk menjadi teman seperjalanannya. Ia dipercayai untuk melakukan pelayanan-pelayanan yang tidak mudah (1Kor 4:17). Ia juga dikenal mempunyai iman yang tulus iklas, bukan pura-pura (ay. 5). Dari manakah Timotius mempunyai iman yang seperti itu? Iman memang berasal dari Allah. Namun, Allah juga menganugerahkan iman melalui alat-Nya. Begitu juga dengan Timotius. Imannya yang murni ternyata diwariskan mula-mula dari neneknya (Lois) kepada ibunya (Eunike) dan kemudian dari sang ibu kepada Timotius.

Proses mewariskan iman tersebut juga tidak mudah. Eunike yang menikah dengan seorang kafir tidak dengan begitu saja meninggalkan imannya hanya karena cinta. Ia tetap bertahan walau mungkin tidak mudah hidup dengan orang yang memiliki kebenaran yang berbeda. Ia tidak hanya mempertahankan imannya, melainkan juga mengajarkannya. Sebagai seorang ibu, Eunike memiliki peran yang benar. Ia tidak pernah berkata, “Mari kita membesarkan Timotius secara netral saja dan biarlah ia memutuskan imannya setelah cukup umur.” Keteguhan Eunike untuk mewariskan iman yang benar kepada Timotius adalah salah satu alasan yang membuat Timotius sukses di mata Tuhan.

Di bulan Desember ini kita merayakan hari ibu. Kiranya di hari yang spesial buat para ibu ini, para anak diingatkan kembali akan kasih seorang ibu yang besar, bukan karena ia mewariskan harta yang berlimpah dan memberi kasih yang memanjakan; melainkan karena memiliki dan mewariskan iman yang sejati kepada Allah yang benar. Selamat hari ibu kepada Mamaku tersayang, Lidyawati. Terima kasih untuk sebuah warisan iman, walau engkau tak pernah lulus Sekolah Dasar. Terima kasih karena di masa lampau Mama telah mengantarku ke Sekolah Minggu, juga memberi teladan doa dan baca Alkitab secara rutin. Akhirnya, selamat hari ibu kepada semua ibu yang berbahagia karena imannya.

Doa: Bapa di surga, terima kasih kami panjatkan untuk seorang ibu yang telah melahirkan, merawat, dan membesarkan kami. Terima kasih untuk setiap derita, tetesan keringat, pengorbanan, dan air mata Ibu, yang karenanya kami beroleh warisan iman kepada-Mu. Ampuni kami jika selama ini tidak atau belum dapat memperlakukan ibu kami dengan benar karena telah menyepelekan warisan iman yang Engkau percayakan kepadanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar