Wellcome Brothers and Sisters!

From the fullness of HIS GRACE we have all receive one blessing after another. (John 1:16)


The LORD is my shepherd, I shall not be in want. (Psalm 23:1)

Senin, 09 Februari 2009

Hai Para Lajang, Hiduplah Seperti yang Telah Ditentukan Tuhan


Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah. ... Saudara-saudara, hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil (1Korintus 7:17, 24).

Melajang bukanlah pilihan hidup bagi sebagian besar orang sehingga ada ketakutan/kekuatiran terhadap suatu jalan hidup yang dinamai “jomblo.” Tidak heran jika dunia ini sering disebut sebagai dunianya para pasangan. Titik kebahagiaan yang dianggap maksimal dan utama ketika hidup di dunia adalah menikmati pernikahan. Akibatnya, status jomblo—khususnya diusia tertentu—seringkali dikenai konotasi negatif yang identik dengan aib atau abnormal. Orang bisa dengan mudah menyatakan rasa kasihan dan mungkin juga perhatian terhadap status jomblo yang disandang oleh seseorang. Mulai dari desakan untuk segera menikah, sindiran-sindiran yang mempertegas betapa tidak enaknya menjadi lajang dan betapa luar biasanya kehidupan pernikahan, atau celetuk-celetuk ringan perjodohan yang tidak serius dan asal-asalan.

Sadar atau tidak, semua itu dapat menjadi sebuah tekanan berat yang memojokkan para lajang. Tekanan ini tidak hanya dirasakan oleh para lajang di rumah, di kantor, dan di lingkungan pergaulannya saja; melainkan juga di gereja. Gereja sangat tidak siap untuk menjangkau dan melayani mereka. Sebagai contoh, Chuck Holmes dalam Singles Ministry in the City – Then and Now menyebutkan bahwa gereja masih belum yakin dengan program-program untuk kaum lajang sehingga hanya bersedia menampung mereka sebagai bagian dari pelayanan pemuda dan sangat jarang sekali ada yang mau memikirkan program-program yang menekankan pertumbuhan para lajang secara utuh dan spesifik. Yang paling menyedihkan, kebutuhan dan kemampuan mereka untuk melayani juga seringkali diabaikan/dipandang rendah. Lebih jauh lagi, Pdt. Eka Darmaputera dalam Iklan bagi Anak Hilang mengamati bahwa meskipun tidak kurang dari sepertiga anggota masyarakat dan anggota gereja kita terdiri dari para single, namun perhatian orang kerap kali tertuju kepada mereka yang menikah. Cepat atau lambat, para lajang akan meninggalkan gereja karena alasan-alasan tersebut. Memang berat untuk dikatakan namun nyata bahwa gereja juga berperan dalam kegagalan seorang lajang untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Sungguh ironis dan menyedihkan.

Satu pertanyaan penting yang selalu berkecamuk dalam diri saya adalah bagaimana memutus tradisi ini? Hukuman tidak langsung dari komunita kepada para lajang sangat sulit untuk dikikis habis karena dosa telah mencemari konsep rancangan Allah mula-mula mengenai pernikahan. Kini dunia tidak lagi melihat pernikahan untuk kebaikan manusia dan untuk kemuliaan Allah, melainkan untuk kenikmatan dan kepuasan pribadi. Oleh karena itu, perjuangan ini harus dimulai dari para lajang itu sendiri. Paulus mengingatkan untuk tetap hidup seperti yang ditentukan Tuhan baginya dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah. Hal ini tidak berarti para lajang harus tetap melajang. Para lajang justru harus menangkap esensi utama pada waktu ia dipanggil sebagai orang percaya. Seorang lajang adalah manusia sempurna yang berharga karena telah menjadi milik Allah (ay. 21-23). Sebagai milik Allah yang diciptakan untuk memuliakan Allah, ia harus menjadi yang terbaik bagi Allah di dalam penantiannya. Jadi, kepuasan Sang Khalik adalah hal yang utama dan terutama apapun status kita. Dengan demikian, menikmati pernikahan juga harus dipandang sebagai sarana untuk menikmati Allah dan bukan untuk kepuasan sendiri.

Jomblo = 100% bebas... walau status masih bebas, namun tak pernah merasa tak sempurna. Sebaliknya, kebebasan itu harus digunakan sebebas-bebasnya untuk melakukan kebaikan agar orang lain melihat kebaikan Sang Pencipta. Mari, ambil kesempatan bebas ini untuk mempersiapkan dan mematangkan diri menjadi yang terbaik di dalam keadaan apapun, yang tak mungkin lagi dilakukan ketika sedang tidak bebas. Don't worry, be happy, and enjoy aja!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar