Wellcome Brothers and Sisters!

From the fullness of HIS GRACE we have all receive one blessing after another. (John 1:16)


The LORD is my shepherd, I shall not be in want. (Psalm 23:1)

Selasa, 24 Februari 2009

Pembaharuan dalam Pengharapan yang Tetap Sama


Ia yang duduk di atas takhta itu berkata: "Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!" (Wahyu 21:5)

Apa yang terlintas di dalam benak kita ketika mendengar kata ”baru?” Istilah ”baru” mengandung beberapa makna seperti: (1) sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya, (2) kualitas terbaik karena belum ada yang memakainya, atau (3) sebuah keadaan yang berbeda dengan sebelumnya. Yang jadi pertanyaannya adalah adakah sesuatu yang baru di dunia ini? Bukankah yang dikatakan tren baru di dunia fashion adalah sesuatu yang sudah ada dan selalu berputar-putar dari tahun ke tahun? Misalnya: celana gombrang yang pernah jadi tren di jaman papa saya juga pernah jadi tren di jaman sekarang. Aliran-aliran atau sekte-sekte agama yang baru muncul juga seringkali berakar dari filosofi yang sudah pernah ada sebelumnya. Misalnya: berbagai paham humanis yang terbit baru-baru ini—termasuk The Secret—sebenarnya berakar dari kisah di Kejadian 3. Selain itu, ide-ide baru penemuan ilmiah juga terinspirasi dan berbahan dasar dari apa yang sudah ada. Jadi, istilah ”baru” yang dipakai di dunia ini tidak pernah bermakna sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya. Dengan kata lain, tidak ada yang benar-benar baru di dunia ini.

Kosa kata ”baru" sejak semula memang hanya ada dalam kamusnya Tuhan. Firman Tuhan berkata: ”Aku menjadikan segala sesuatu baru.” Konteks frasa yang tertulis di bagian belakang dari kitab terakhir ini ternyata memiliki elemen dari peristiwa penciptaan yang tertulis di bagian awal dari kitab pertama Alkitab. Artinya, Allah yang menciptakan langit dan bumi—dari kondisi yang tidak ada menjadi ada itu—adalah Allah yang sama yang akan menjadikan segala sesuatu baru. Langit dan bumi yang rusak karena dosa akan berlalu. Air mata, maut, perkabungan, ratap tangis, atau dukacita akan berakhir dan berganti dengan yang baru. Dengan demikian, ada dua hal tersirat di dalamnya yaitu Allah akan membuat perubahan ke arah yang lebih baik; namun tetap meletakkan pengharapan yang sama dalam tangan-Nya.

Hari ini mungkin kita membuka mata dengan kenyataan bahwa kita telah mendiami bumi untuk kesekian kalinya di tahun yang baru. Ada yang begitu antusias untuk segera melewati hari demi hari di tahun 2009 dengan segudang resolusi (rencana atau keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu). Ada pula yang begitu skeptis, tawar hati, dan pesimis bahwa kehidupan di dunia tak akan menjadi lebih baik karena krisis global yang begitu mengkuatirkan. Tanda tanya besar yang selalu menghiasi awal tahun adalah, bagaimana saya akan mengisi hidup ini setahun ke depan? Untuk itu, mari kita pegang janji Tuhan. Ia yang menjadikan segala sesuatu baru itu rindu memberikan hidup baru yang penuh pengharapan. Ia siap membuat perubahan-perubahan besar dalam hidup kita untuk menggenapi rencana-rencana besar-Nya bagi dunia. Keluarga yang retak, kasih yang dingin, dan segala kegagalan akan Ia pulihkan untuk digantikan dengan damai sejahtera yang tak berkesudahan. Tugas kita adalah tetap datang padanya, tetap serahkan hidup dalam genggaman tangan-Nya maka krisis global dan efek kesudahan dunia tersebut tak akan menggoyahkan iman kita sampai Kristus datang kedua kali.

Doa: Bapa di surga, jika kami boleh ada dan menapaki hidup, itu semua karena anugerah-Mu. Kami sadar bahwa hari demi hari yang berlalu semakin menegaskan sisa umur kami di dunia ini. Tolong kami untuk dapat mengisinya dengan perubahan dan pengharapan yang berasal dari pada-Mu saja hingga akhirnya kami dapat menyelesaikan hidup ini dengan baik di mata-Mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar