Wellcome Brothers and Sisters!

From the fullness of HIS GRACE we have all receive one blessing after another. (John 1:16)


The LORD is my shepherd, I shall not be in want. (Psalm 23:1)

Kamis, 12 Agustus 2010

Bosscha Membuatku Nampak Begitu Kecil; Bapa Membuatku Merasa Begitu Besar


25 Juni 2009 ...
"Misi luar angkasa... blast off!" Ya, serombongan astronot (mostly junior astronout) lepas landas dari balik dinding gereja yang megah menuju dinding lain yang membuka tirai cakrawala. Bosscha adalah nama keren dari sebuah tempat yang telah membingkai tata surya dalam sebentuk layar LCD dan sebentuk tabung yang dinamai teleskop. Walau amat sangat jauh dari keasliannya, namun toh tetap dapat memperkenalkan gambaran umum dari kedalaman relung-relung semesta kepada para laskar cilik yang sedang belajar menatap dunia di hadapannya. What amazing place!

Setelah beberapa hari sebelumnya memulai petualangan dengan berkenalan dan berpesta bersama "BIANGNYA," perjalanan para laskar cilik menuju Bosscha diharapkan mampu memperlihatkan kejeniusan SANG PENCIPTA dan bagaimana IA sesungguhnya telah, sedang, dan akan selalu terlibat secara akrab dalam setiap detil keberadaan semesta. Tujuan ini sama sekali tak terdistorsi oleh keinginan memandang indahnya bintang karena Teleskop Zeiss Besar itu tak akan efektif memamerkan panorama perbintangan yang mempesona mata di pagi hari nan cerah. Bahkan duduk berdesak-desakkan dan bertumpuk-tumpukkan di sebuah ruang kotak kecil tak mampu membelokkan perhatian mereka dari layar LCD yang menyajikan gambar seluk-beluk luar angkasa. What amazing journey!

Entah mengerti atau tidak, sadar ataupun tidak. Derajad ketegangan pada kornea mata dan bibir yang mengaga tak akan berdusta, bahwa ada ketakjuban yang besar ketika mereka diperhadapkan dengan kreatifitas tangan ALLAH, THE RULER OF UNIVERSE. Pantaslah sang nabi besar berkata: "Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu dan menyuruh segenap tentara mereka keluar, sambil memanggil nama mereka sekaliannya? Satupun tiada yang tak hadir, oleh sebab Ia maha kuasa dan maha kuat (Yesaya 40:26)." Dan sang biduan bernyanyi: "Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya (Mazmur 19:2)."

Perjalanan misi luar angkasa dimulai dengan memperkenalkan planet-planet keluarga bumi, lalu pada empat planet berikutnya yang dijuluki planet keluarga Jupiter. Jajaran planet-planet super raksasa tersebut diperkecil dan disesuaikan begitu rupa ukurannya agar kami dapat menikmati keindahan bentuk utuhnya. Wow! Para penghuni luar angkasa yang luar biasa ini nyata-nyata diperlihatkan tak sendirian melanglang buana di balik misteriusnya langit.

Semuanya itu diperlihatkan bagai sejumlah pernak-pernik mikro debu dan gas yang beraneka bentuk, warna, serta fungsinya. Mereka saling berinteraksi melalui gaya gravitasi dan dinamika ini menyebabkan tarikan debu-debu mikro lainnya hingga timbulah sistem dengan struktur yang kompleks. Proses tersebutlah yang melahirkan obyek-obyek langit nan eksotik seperti sebuah planet, bintang atau galaksi. Amazing! Tak dapat disangkal bahwa semua itu merupakan suatu kala dengan langkah hidup yang jauh di luar jangkauan pencapaian ilmu pengetahuan dan peradaban manusia.

Bayangkan saja salah satu diantaranya yaitu Matahari! Diameter Matahari sekitar 1.390.000 km. Sementara diameter Bumi sekitar 12.740 km. Bila Bumi dimasukkan dalam Matahari, Matahari bisa menampung sebanyak 109 Bumi. Kebayangkah sebesar apa? Suhu inti Matahari berkisar dari 15.000.000 derajat Celsius pada inti dalam, sedangkan pada inti luar mencapai 7.000.000 derajat Celsius. Dan suhu pada permukaan matahari hanya 6.000 derajat Celsius. Tinggal di Bumi dengan suhu 35-40 derajat Celcius saja sudah membuat kita kepanasan dan bermandikan keringat. So, kebayangkah gimana panasnya?

Namun demikian, bintang pribadi kita itu ternyata kurang luar biasa dalam banyak hal. Ia tidak begitu besar dan tidak terlalu panas karena ada bintang-bintang lain yang jauh lebih dahsyat besarnya dan panasnya. Kalau matahari saja sudah begitu dahsyat besarnya, kebayangkah what a small me? Or can I say us? Hal ini sudah lama disadari si penyanyi: "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kau tempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya (Mazmur 8:4-5)?"

Sekalipun disebutkan bahwa manusia makin pandai membaca gejala-gejala unik perhiasan langit (bintang), pandai meramal energi yang dibangkitkan dalam tungku nuklir si penghasil panas (matahari). Namun, kondisi tata surya tentu tak seenteng yang kita bayangkan. Matahari sendiri disebutkan sering berubah-ubah. Gangguan-gangguan dalam permukaannya saja dapat mempengaruhi seluruh tata surya. (Catatan sejarah pernah menyebutkan bahwa pada 1989 pernah terjadi badai matahari yang menyebabkan padamnya listrik seprovinsi Quebec. Peristiwa yang sama melelehkan kumparan-kumparan stasiun transformator di Salem, New Jersey, serta menimbulkan kebakaran dan susut daya sekawasan.)

Belum lagi ancaman hujan meteor yang setidaknya dapat memuntahkan seratus meteor dalam satu jam ke arah bumi, tempat kita hidup dan bernaung. Jika sebuah batu meteor saja dapat melubangi bumi dan menimbulkan kawah meteorit yang hebat, apalagi seratus? kebayangkah what a fragile life! Or can I say our life?

Seperti kata sang pujangga dan diamini dengan fakta dari Bosscha, siapakah kita manusia? Kita ini begitu kecil dan hina. Hanya saja sang pujangga tak berhenti pada fakta sebagaimana yang dipaparkan oleh Bosscha. Ia pun tidak meratapi nasib diri sedemikian rupa hingga runtuhlah peradaban dan harga diri kita sebagai manusia. Gurat-gurat kebanggaan justru terlukis begitu nyata dalam bait-bait lagu selanjutnya: "Namun ALLAH membuat manusia hampir sama seperti diri-NYA, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat, membuatnya berkuasa atas buatan tangan-NYA (Mazmur 8:6-7)."

Syair-syair indah ini menjelaskan bagaimana tiap-tiap penghuni tata surya tidak saling bertabrakan satu dengan lainnya; melainkan dengan rapi berkendara di jalurnya masing-masing. Hingga lalu-lintas di Bandung pun ga ada apa-apanya jika dibandingkan dengan lintasan orbit mereka yang tertib dan sama sekali tak memerlukan bantuan Polisi lalu lintas jagad raya. Bahkan tak ada traffic light di sana. Mata siapakah yang begitu jeli mengawasi jalannya kehidupan luar angkasa nan rumit, selain mata BAPA?

Jelaslah sudah mengapa harus ada Jupiter, planet terbesar di Bima Sakti. Tempatnya begitu tepat hingga menjadi sebuah payung pelindung raksasa bagi bumi. Kalau saja ia tak di tempatnya, maka bumi akan dihantam komet seribu kali lebih sering daripada biasanya. Amazing! Kekaguman pada Jupiter yang kuabadikan dalam sebuah nama untuk ikan cupang kesayanganku perlu dikembalikan berlipat kali ganda kepada SOSOK mengagumkan dibalik keberadaan planet raksasa itu. Tangan siapakah yang menatanya begitu rupa, selain tangan BAPA?

Sesungguhnya, fakta-fakta yang ada membuktikan bahwa alam semesta yang begitu luas tersebut diciptakan khusus untuk mendukung hidup dan kehidupan kita, manusia. Terlebih dari itu, BAPA mencurahkan segenap keberadaan diri-NYA di dalam ANAK-NYA, YESUS, untuk memberi kehidupan yang lebih luas dan kekal dibanding luas dan kekalnya semesta. Itu sebabnya dengan penuh sayang, SANG TUAN PENYAYANG yang telah menghinakan diri-NYA sendiri berkata dengan lembut: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16)."

Aliran nafas yang keluar dari bibir-NYA itu kemudian seolah menjadi nafas hidup abadi yang dihembuskan ke dalam bibir rohani kita, yaitu yang percaya dan mengandalkan-Nya semata untuk memperolehnya. Hidup bahkan menjadi lebih hidup ketika karya sastra agung yang hidup itu dengan lantang menyatakan: "Tetapi kalian adalah bangsa yang terpilih, imam-imam yang melayani raja, bangsa yang kudus, khusus untuk Allah, umat Allah sendiri. Allah memilih kalian dan memanggil kalian keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terang-Nya yang gemilang, dengan maksud supaya kalian menyebarkan berita tentang perbuatan-perbuatan-Nya yang luar biasa (1Petrus 2:9)." Kasih siapakah yang begitu besar dan rela dicurahkan sepenuhnya kepada mahluk hina yang tak pantas menerimanya, selain kasih BAPA?

Apapun keadaan kita, ingatlah betapa besar dan mulianya kita di mata BAPA. Kasih-NYA yang begitu hebat itu meletakkan kepercayaan yang begitu besar kepada para laskar cilik dan yang mengirim mereka untuk berbagi waktu serta kesenangan pada laskar-laskar cilik lain yang tak berayah maupun beribu. Operation kids to kids memang tak akan sempurna berjalan. Namun, ketulusan menyambut kepercayaan BAPA dan perjuangan dalam proses keserupaan dengan ANAK-NYA adalah tujuan utama yang hendak dicapai dalam MISI LUAR ANGKASA.

Hmmh, beribu-ribu syukur kupanjatkan pada-NYA. Bosscha memang membuatku nampak begitu kecil; namun BAPA membuatku merasa begitu besar. Soli Deo Gloria!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar